• pasang iklan

Trading Forex Gratis

Jangan lewatkan kesempatan istimewa untuk merasakan manfaat dan keuntungan dari bertransaksi dengan FBS! FBS memberikan $ 5 bagi setiap trader yang membuka akaun trading "Mikro". Mulailah bertransaksi sekarang juga!
Dikirim oleh : Dizul, Sungai Penuh, 081274139401 | Kunjungi Website

Trading Forex With Instaforex

Pelanggan InstaForex menggunakan teknologi online-trading terkemuka dan mendapatkan akses ke sumber-sumber berita dan informasi yang diberikan oleh agen-agen informasi terkemuka. Saat ini, ribuan pelanggan - baik yang baru maupun trader pasar uang profesional - menggunakan layanan InstaForex.
Dikirim oleh : Fadli Fatra, Jambi, 085266129889 | Kunjungi Website

Belajar Forex Gratis

Selamat anda Menemukan situs ini...Berisi beberapa Kumpulan Artikel Seputar Forex yang Dipakai Oleh Para Trader Dunia, Artikel ini kami berikan Gratis Buat Trader Semua
Dikirim oleh : Dizul, Sungai Penuh, 081274139401 | Kunjungi Website

Belajar Membuat Website

Terima kasih kepada Om Kusuma karena dengan ebook berjudul “Cara Membuat Website” saya bisa membuat website sendiri. Panduannya sangat mudah bahkan saya yang baru kelas IV SD saja sudah mampu membuatnya. Dan yang luar biasa Om Kusuma berkenan datang ke rumah saya untuk menjelaskan secara langsung.
Dikirim oleh : Salmi, Kerinci, 081930445446| Kunjungi Website

Ingin Pasang Iklan

Menerima Pemasangan Iklan Baris, Iklan Banner, Iklan Link dan Tempat Iklan Tanpa Daftar. Jika anda ingin pasang iklan ditempat kami, iklan anda akan terpasang diseluruh jaringan yang kami punya. Kepuasan anda adalah Kebanggaan kami.
Dikirim oleh : Pahdizul, Kerinci, 081274139401| Kunjungi Website

Tupamaros, Kelompok "Robin Hood" dari Uruguay

Kamis, 14 Maret 2013
Daftar Trading Tanpa Modal Disini   
Ingin Tahu Bagaimana Trading Tanpa Modal Baca Artikelnya Disini



Anggota Tupamaros yang sedang berkumpul sambil mengibarkan bendera kelompoknya. (Sumber)

Siapa yang tidak kenal dengan Robin Hood? Karakter yang merupakan produk budaya kuno dari Inggris ini sangat terkenal karena aksi-aksinya dalam mencuri harta orang-orang kaya & membagi-bagikan hasil curiannya kepada yang miskin. Kendati perilaku Robin Hood ini di satu sisi dianggap bertentangan dengan hukum pada umumnya, penggambaran karakternya di sisi lain juga berhasil menarik simpati banyak orang. Dan tahukah para pengunjung sekalian bahwa di Uruguay yang terletak di Amerika Selatan sana, ada kelompok yang memakai taktik serupa di awal-awal berdirinya?

Kelompok "Robin Hood" yang dimaksud di sini adalah Tupamaros, sebuah kelompok pemberontak berhaluan kiri (sosialis) dari Uruguay. Bagi yang tidak akrab dengan Uruguay, negara kecil yang wilayahnya diapit Argentina & Brazil ini adalah negara kelahiran Christian Gonzalez, penyerang sepak bola yang sejak tahun 2010 lalu menjadi warga negara Indonesia. Sejak pertama kali dibentuk pada dekade 1960-an, Tupamaros sudah menarik perhatian masyarakat setempat karena aksi-aksinya dalam menjarah pusat-pusat bisnis untuk kemudian membagi-bagikan hasil jarahannya kepada penduduk miskin setempat.

Seiring berjalannya waktu ketika pemerintah Uruguay bersikap semakin brutal untuk mempertahankan kekuasaannya, kelompok Tupamaros yang awalnya berusaha menghindari aksi-aksi kekerasan pun semakin sering terlibat dalam aktivitas kontak senjata & pembunuhan politik. Aksi-aksi represif pemerintah Uruguay akhirnya mencapai puncaknya pada pertengahan dekade 1970-an sehingga pada periode ini, kelompok Tupamaros sempat berhenti aktif untuk sementara waktu. Baru pada tahun 1985, kelompok ini aktif kembali sebagai salah satu partai politik yang cukup dominan dalam aktivitas politik setempat.

LATAR BELAKANG
Uruguay sejak lama dikenal sebagai negara peternakan karena komoditas utama dari negara tersebut adalah hasil-hasil dari hewan ternak seperti susu, daging, & wol yang banyak diekspor ke Eropa serta Amerika Utara. Sejak meletusnya Perang Dunia II & Perang Korea, harga-harga kebutuhan pokok - termasuk komoditas peternakan - mengalami peningkatan sehingga Uruguay pun sempat menikmati masa keemasan yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi & infrastruktur yang pesat.

Lokasi dari Uruguay seperti yang terlihat
pada peta Amerika Selatan ini. (Sumber)
Masa keemasan bagi Uruguay tidak berlangsung lama setelah sejak pertengahan dekade 1950-an menyusul berakhirnya Perang Korea, harga komoditas peternakan - utamanya wol - kembali menurun. Sebagai akibatnya, aktivitas peternakan serta industri di Uruguay menjadi lesu & jumlah penduduk miskin pun mulai meningkat. Pemerintah Uruguay sempat melakukan aneka cara untuk mengatasi masalah sosial & ekonomi tersebut, namun hasilnya nihil. Pergantian sistem pemerintahan & perubahan komposisi penguasa yang terjadi pada awal dekade 1960-an juga tidak banyak membantu mengatasi krisis.

Sebagai akibat dari ketidakmampuan pemerintah Uruguay untuk mengatasi krisis di negaranya, kaum buruh & pelajar pun mulai turun ke jalan untuk menggelar demonstrasi memprotes kegagalan pemerintah mengatasi krisis. Ketika krisis yang melanda Uruguay semakin parah, kegiatan demonstrasi terhadap pemerintah pun semakin memanas & semakin sering terjadi. Pemerintah Uruguay lantas merespon balik demonstrasi tersebut dengan menerapkan cara-cara yang semakin lama semakin keras, misalnya membubarkan paksa kelompok-kelompok bentukan kaum pelajar & pekerja.

Di tengah-tengah situasi Uruguay yang semakin tidak menentu inilah, sejumlah orang yang dipimpin oleh Raul Sendic - seorang pengacara penganut aliran komunis Marxis - berinisiatif untuk mendirikan kelompok pemberontak yang bernama TUpamaros pada awal dekade 1960-an. Nama "Tupamaros" sendiri terinspirasi dari nama Tupac Amaru II, anggota Kerajaan Inca yang memimpin peperangan melawan pasukan kolonial Spanyol di abad ke-15. Selain dengan nama Tupamaros, kelompok tersebut juga dikenal dengan nama lain Movimiento de Liberacion Nacional (MLN; Gerakan Pembebasan Nasional).

AKTIVITAS TUPAMAROS

Merampok Si Kaya untuk Membantu Si Miskin
Salah satu keunikan utama dari Tupamaros yang membedakannya dari kelompok-kelompok pemberontak kebanyakan adalah kebijakan Tupamaros untuk menghindari aksi-aksi kekerasan sebisa mungkin. Sebagai gantinya, mereka lebih fokus melakukan taktik-taktik non kekerasan seperti mempermalukan pemerintah di muka umum & membuat kekacauan di lingkungan masyarakat kelas atas. Banyak dari anggota Tupamaros merupakan pegawai yang memegang posisi-posisi kunci di bank, universitas, pemerintahan, & keamanan negara. Luasnya lingkup keanggotaan Tupamaros pada gilirannya membuat aksi-aksi rahasia mereka sangat efektif & terkoordinir.

Bendera dari Tupamaros. (Sumber)
Aksi-aksi awal dari Tupamaros dimulai pada permulaan dekade 1960-an di mana pada masa itu, mereka aktif menyerang & merampok fasilitas-fasilitas bisnis seperti bank, kereta ransum, & gedung milik perusahaan swasta. Hasil rampokan tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada penduduk miskin di Montevideo, ibukota Uruguay. Dalam kasus lain, para anggota Tupamaros menyerang sebuah gudang senjata pada tahun 1963 & kemudian memakai stok persenjataan yang mereka dapat untuk mempersenjatai diri mereka. Tak hanya itu, Tupamaros juga diketahui sempat melakukan serangan ke sebuah klub malam yang biasa disinggahi para hartawan & kemudian mencoreti dindingnya dengan tulisan "semua orang berdansa atau tak seorangpun bisa berdansa" - sebuah tulisan yang mengkritik kesenjangan sosial di Uruguay.

Aktivitas yang dilakukan Tupamaros sendiri bukannya tanpa halangan sama sekali. Pada tahun 1966 contohnya, beberapa orang anggota Tupamaros sempat terlibat baku tembak dengan polisi setempat setelah polisi mencegat truk yang baru saja dicuri oleh anggota-anggota Tupamaros. Akibat baku tembak tersebut, seorang anggota Tupamaros yang bernama Carlos Flores harus meregang nyawa & para petinggi Tupamaros yang lain sempat menghentikan aksinya selama beberapa waktu agar tidak terendus polisi. Pada periode ini pula, beberapa anggota Tupamaros ada yang diam-diam pergi ke Kuba untuk mempelajari teknik-teknik kemiliteran & ketika mereka kembali ke Uruguay, kelompok Tupamaros pun semakin terlatih untuk menggelar taktik gerilya.

Menculik untuk Menyebarkan Aib
Tahun 1967, Presiden Oscar Gestido meninggal dunia & posisinya digantikan oleh Pacheco Areco. Setahun setelahnya, Areco mulai menerapkan kebijakan tangan besi untuk meredam gerakan-gerakan protes terhadap pemerintah. Hukum darurat perang (martial law) dideklarasikan di seluruh Uruguay sehingga aparat keamanan Uruguay bisa bertindak semakin leluasa untuk melakukan aksi-aksi kekerasan dengan dalih menjaga keamanan. Puncak dari sikap keras aparat Uruguay pada masa itu adalah ketika seorang pelajar bernama Liber Arce tewas saat polisi membubarkan paksa demonstrasi yang digalang oleh kaum pelajar.

Di masa pemerintahan Areco, aksi-
aksi kekerasan kepada Tupamaros
semakin meningkat. (Sumber)

Menyusul sikap pemerintah Uruguay dalam meredam aksi-aksi protes yang dianggap semakin brutal, Tupamaros pun semakin meningkatkan intensitas kegiatannya. Mereka kini semakin sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyerempet politik, utamanya aksi penculikan & sabotase. Salah satu aksi mereka yang terkenal adalah aksi "pengadilan rakyat" di mana para anggota Tupamaros menculik tokoh politik atau pebisnis untuk diinterogasi sambil direkam, lalu hasil interogasinya - misalnya soal pengakuan korupsi - disebarkan ke pusat-pusat keramaian yang memiliki pengeras suara, misalnya di dalam stadion.

Pemerintah Uruguay jelas enggan berdiam diri saja menyaksikan bagaimana para elit politiknya diculik & disebarkan aibnya oleh Tupamaros. Ketika aparat Uruguay berhasil menangkap para anggota Tupamaros, mereka lantas menggunakan kesempatan tersebut untuk menginterogasi & melakukan penyiksaan. Bulan Oktober 1969 misalnya, salah seorang anggota Tupamaros bernama Jose Iglesias yang ditangkap oleh polisi di kota Pando diketahui mendapat siksaan hingga tulang tengkoraknya retak selama ditahan. Tupamaros lantas membalasnya dengan melakukan penculikan & penyiksaan - terkadang hingga tewas - kepada anggota-anggota kepolisian yang diketahui ikut serta dalam menyiksa anggota Tupamaros.
Nyawa Dibalas Nyawa

Tahun 1970 - 1971 merupakan puncak dari kegiatan Tupamaros di mana mereka kini semakin sering melakukan aksi penculikan & kekerasan bersenjata. Bulan Juli 1970 contohnya, Dan Mitrione - agen CIA yang mensponsori teknik penyiksaan memakai listrik kepada para tahanan Uruguay - ditemukan tewas setelah Tupamaros menculiknya & uang tebusan yang diinginkan oleh Tupamaros tidak diberikan. Awal tahun 1971, Tupamaros kembali melakukan aksi penculikan di mana kali ini korbannya adalah duta besar Inggris, Sir Geoffrey Jackson. Nasib Jackson lebih beruntung karena ia dilepaskan hdup-hidup setelah presiden Chili saat itu mau menyediakan tebusan yang diinginkan oleh Tupamaros.


Aparat Uruguay saat melakukan interogasi
kepada warga sipil yang dicurigai sebagai
simpatisan anti pemerintah. (Sumber)
 
Sumber : Forum.viva.co.id

Terima Kasih Kami Ucapkan Kepada Para Donatur Yang Telah Mempercayai Sebar Blog Gratis Sebagai Mitra. Dan Penghargaan Yang luar Biasa Buat Kehadiran Para Pengunjung di Sebar Blog Gratis dan Iklan Baris Gratis ini Membuat Kami Semakin Bersemangat Dan Terpacu Dalam Mengembangkan Pelayanan Prima Yang Pengunjung Inginkan